Sipoet & Boedy



Setiap pagi, saat saya berada di rumah, rutinitas harian saya adalah mengantar-jemput adek saya yang paling bontot, si Yusuf yang masih duduk di kelas 1SD. Sekolahnya cukup jauh dari rumah saya, hmm, sekitar 4 kilometer kurang lebih. Cukup jauh, ditambah pula jalur jalan raya yang membuat saya harus mengantar adek saya dengan mobil (sangat tidak mungkin menyuruh dia berjalan kaki ---padahal jaman saya SD sih saya jalan kaki tiap ke sekolah, maksimal diantar becak, hehehee, karena sekolahnya dekat, sekitar 100meter saja dari rumah--- )

Kadang adek saya minta sarapan Soto Ayam di warung langganannya sewaktu dia TK. Nah, karena dia memang agak susah makan dan kalau pagi orang tua saya amat sibuk, maka tugas saya pun bertambah untuk mengantar dia makan di warung. Dan arahnya menjauhi arah sekolahnya, karena letak warungnya berada di tengah kota Bojonegoro (sedangkan SD si anak kecil ini ada di pinggiran kota Bojonegoro). Hal ini menyebabkan saya berangkat cukup pagi, yaitu jam 6 lebih sedikit.

Cukup bosan juga mengantar sejauh itu… Huff (masih bersyukur saya karena ini bukan kota Jakarta yang macet. Ini hanyalah kota kecil di area Jawa Timur)


Saya cukup bernostalgia apabila melalui jalanan di kota Bojonegoro ini (sok tua amat rasanya memilih istilah “nostalgia” ini,hehehe).

Yang jelas, yang paling menyenangkan adalah melihat anak-anak SMP dan SMA yang beramai-ramai naik sepeda pancal. Melihat rombongan berbaju putih-biru atau putih-abu-abut tersebut mengingatkan jaman saya masih sekolah. (padahal saya tidak ke sekolah menggunakan sepeda sebenarnya. ---nah lho???---) Mungkin karena saya mengingat semasa saya sekolah saya tidak membayangkan saya suatu saat akan hanya bisa memandangi hal tersebut dengan tersenyum. Kalau dulu, semasa saya masih sekolah saya biasa berjalan kaki (SMP) dan naik sepeda motor (SMA) tapi saya suka sekali saat melihat rombongan teman-teman saya yang bersepeda, biasanya  saya panggil nama mereka dan melambai-lambaikan tangan saya (dadah-dadah gitu lho!)

Karena dulu saya juga ingin bersepeda seperti mereka, tapi masalahnya dulu situasi tidak terlalu memihak saya untuk bisa bersepeda ke sekolah.

Sewaktu SMP, rumah saya terlalu dekat dengan sekolah jadi saya juga merasa tidak perlu menggunakan sepeda ke sekolah. Ditambah lagi dulu sewaktu SMP tempat parker untuk sepeda cukup minimalis sehingga kalau pulang lumayan repot untuk mengeluarkan sepeda (sepenglihatan saya sih ini) jadi saya rasa akan repot kalau saya juga pakai sepeda, lha wong rumah saya dekat ini.

Nah, sedangkan sewaktu SMA sekolah saya terlalu jauh jadi saya lebih memilih naik sepeda motor agar tidak terlalu capai, heheee….

Akhirnya saya merasakan naik sepeda hanya saat berolahraga subuh saja.

Ternyata sekarang malah kepingin (dasar manusia)

Tapi cukup melihat pemandangan anak-anak bersepeda sudah cukup menyenangkan bagi saya. Seperti kata saya tadi, cukup harmoni untuk dinikmati (menurut saya).

 

Kembali ke cerita saya yang mengantar adek saya tadi. Setelah mengantar adek saya, saya kembali pulang ke rumah (sekitar pukul 7 pagi).

Sayang kalau sudah jam segitu tidak ada lagi pemandangan seperti pagi hari.

Jalanan sudah dipenuhi motor-motor. Para pengendara yang rata-rata adalah siswa atau karyawan yang terburu-buru (dilihat jam-nya saja sudah jelas mereka pasti berangkat mepet dari rumah ---ingat kan, sekolah masuk jam 7 pagi---). Jadi otomatis di jam 7 itu kebanyakan dari mereka naik dengan ngebut, berantakan.. dan saya rasa sangat berbahaya karena mereka mengambil jalanan seenaknya (huff, mungkin merasa terlalu berjiwa muda, ---padahal kata saya sih itu bukan jiwa muda, tapi pikiran bodoh untuk naik motor sembarangan seperti itu)

Padahal ternyata kalau dicermati, mengapa mereka berangkat mepet? Ada beberapa alasan sepengetahuan saya.

1.       Mereka membantu orang tuanya bekerja dulu di pagi hari, sehingga harus berangkat agak mepet (ini pengalaman teman saya sendiri, dan menurut saya hal ini masih bisa ditoleransi)

2.       Mereka begadang karena asyik nonton TV atau ada acara tertentu (kalau  ini tidak rutin saya rasa juga masih dapat ditolerir)

3.       Mereka terbiasa begadang membuang-buang waktu di malam hari (hanya ngobrol di pinggir jalan, warung kopi dan kegiatan-kegiatan gak jelas yang hanya membuang-buang waktu) ---ini dia alasan yang kata saya bodoh sekali---

4.       Ada lagi yang lebih parah, ada yang sudah keluar dari rumah pagi hari (jam normal) tapi mereka tidak langsung ke sekolah, melainkan (lagi-lagi) nongkrong dulu di pinggir-pinggir jalan (sambil minum kopi juga biasanya ---hello, bukannya sejak SD kita diajari untuk sarapan 4sehat 5sempurna ya?--- ) dan buang-buang waktu untuk acara yang tidak jelas.

Sungguh suatu hal yang sangat memiriskan hati bagi saya. Yah, semoga dengan berjalannya waktu para pelajar yang suka membuang waktunya ini bisa berkurang (walau sepengamatan saya sih, ambil sample untuk kota ini saja ya, kok jumlahnya sepertinya semakin bertambah ya)

Moga Indonesia bisa tetap jaya… *(do you know what I mean?)

Just  my opinion…



This free website was made using Yola.

No HTML skills required. Build your website in minutes.

Go to www.yola.com and sign up today!

Make a free website with Yola